Ilustrasi Media |
Dalam kurung waktu yang
sedikit lama antara orde lama hingga orde reformasi saat ini, media Papua
menjadi wacana publik dengan keberadaan dan bemberitaan dalam menyampaikan
sesuatu. Demorkasi dalam media terkadang menjadi suatu penghalang dan bagaimana
kita menyebutkan itu memang menjadi suatu tolak ukur untuk menyampaikan kepada
publik tentang kenyataan dan realita saat ini di Papua.
Memang, secara kenyataan
terjadi di Papua antara para elit-elit yang mengatasnamakan media dalam perjuangan
sudah semakin marak tetapi di samping itu apa yang terjadi, media sering
terjebak dalam arahan dan keterbatasan paksaan para elit-elit politi orang
Papua.
Tidak perlu memberikan
contoh dan keterangan yang jelas, kenyataan mungkin tidak akan terjawab tetapi
secara analisis dan struktural fungsional media itu yang akan menjawab
keterkaitan jebakan tersebut.
Sekarang apa yang harus
kita pahami tentang hal ini. Media dalam jebakan para elit politik terkadang
kita salah persepsi antara semua yang sedang terjadi. Tidak di sangka kalau
memang semuanya seperti ini. Apa lagi kalau media kiri atau kanan yang dibiayai
itu dari pemerintah atau swasta dalam tatanannya pemerintah, ironis juga.
Saya sendiri tidak tahu
bagaimana eksistensi media tersebut. Diberikan sedekah dari pemerintah untuk
membiayai media sama halnya dengan kita mengembil barang yang kita masalah
terhadap barang tersebut. Apa lagi barang itu paling kita tidak mau.
Melanggar kode etik
tetapi memperjuangkan persamaan dan kesamaan dalam perjuangan pergerakan
kemerdekaan dari segalah aspek peerjuangan mulai dari pendidikan, kesehatan,
media, dan lain sebagainya. Peran positif memang membawa keseriusan dalam
perubahan media dari orang Papua sendiri, tetapi apa implementasi kebijalan
yang menyeluruhnya.
Mungkin kita akan
bertanya-tanya bagaimana peran media tersebut. Semua akan menjawabnya dengan
berbagai macam jawaban yang positif, mungkin saya sendiri tidak tahu tentang
hal ini tetapi coba kita amati bersama-sama tentang jalannya media Papua.
Saya pernah baca sebuah
buku tentang media yang terlupakan ketika perjuangan Timor Leste dalam
memperjuangkan kemerdekaan sejati mereka. Peran media yang dibungkan
mati-matian hingga wartawan dari berbagai negara yang datang meliput di
Timor-Leste pun dibunuh habis-habisan.
Informasi yang di cari
pun di hancurkan dari media cetak hingga media koran pada saat itu. Tak heran
masa presiden Soeharto yang membuat adanya terobosan pembunuhan terkejam di
sana.
Ada esensi positif yang
perlu kita pahami dari kasus tersebut. Media yang sering terjebak oleh adanya
suatu peranan kita sendiri.
Kalau bicara masalah
media di Papua yang dijebak, bahwasannya yang kita sendiri bisa serahkan
sekarang. Media Papua yang akhir-akhir ini menjadi sorotan oleh para
pemimpin-pemimpin Indonesia. Mentri pertahanan yang membuat suatu undang-undang
dalam mengakses media menjadi suatu trauma bagi para penggerak media Papua
akhir-akhir ini.
Mungkin kita tidak akan
tahu tentang keberadaannya sekarang, tetapi media yang murni dan media yang
jauh dari berbagai kebebasan yang di batasi adalah media yang menar-benar
memperjuangkan identitsan perjuangan bangsa Papua sendiri. Jebakan tersendiri
yang sering membuat kita bingung dengan hal ini.
Sekarang bagaimana sikap
kita untuk jauh dari persoalan-persoalan yang sempit ini. Ada beberapa pokok
yang perlu saya sampaikan dalam sikap kita:
1. Menajemen media harus jelas
Menajemen
media harus jelas bukan hanya kita ambil seorang reporter dari mana saja dan
kapan saja. Menajemen media yang saya maksud adalah pengelolahan keuangan yang
harus jelas, Iklan adalah salah satu sumber dana yang perlu kita cari
bersama-sama. Ada banyak toko-toko yang perlu periklanan, kita cari itu sebagai
sumber media.
Bukan
saja toko-toko, juga perusahan-perusahan di Papua yang perlu promosikan
pesrusahan media kita cari respon dari mereka untuk mengelolah media tersebut. Bukan
dengan begiru media akan berjalan dengan baik.
2. Adanya suatu Polred (Politik Keredaksian)
Politik
keredaksian adalah suatu tujuan yang ingin dicapai dari media tersebut. Esensi dan
tujuan dari media tersebut bagaimana. Juga pagaimana peran media tersebut untuk
menyikapi berbagai masalah yang sedang terjadi dalam lingkungan kita sendiri.
Akhir dari tulisan ini
adalah, dalam menjalankan sebuah media masalah di jebakdan tersejak perlu
adanya kesadaran dari kita sendiri dalam menjalankan suatu media. Kita tidak
perlu terikan dari berbagai kosesponden atau sponsor yang membiayai kita
sendiri dalam menjalankan suatu media. Kalau memang media itu mau mengangkat
martabat dan harkat orang Papua.
Penulis adalah peneliti
perkembangan dunia maya orang Papua dan redaksi Nyamuk Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar