Minggu, 09 November 2014

Media di Papua yang Terjebak dan Dijebak

Ilustrasi Media















Dalam kurung waktu yang sedikit lama antara orde lama hingga orde reformasi saat ini, media Papua menjadi wacana publik dengan keberadaan dan bemberitaan dalam menyampaikan sesuatu. Demorkasi dalam media terkadang menjadi suatu penghalang dan bagaimana kita menyebutkan itu memang menjadi suatu tolak ukur untuk menyampaikan kepada publik tentang kenyataan dan realita saat ini di Papua.

Memang, secara kenyataan terjadi di Papua antara para elit-elit yang mengatasnamakan media dalam perjuangan sudah semakin marak tetapi di samping itu apa yang terjadi, media sering terjebak dalam arahan dan keterbatasan paksaan para elit-elit politi orang Papua.

Tidak perlu memberikan contoh dan keterangan yang jelas, kenyataan mungkin tidak akan terjawab tetapi secara analisis dan struktural fungsional media itu yang akan menjawab keterkaitan jebakan tersebut.

Media di Papua dalam jebakan para penggerak negara NKRI. Kalau bicara masalah langsung pukul NKRI bukan masalah terlalu tinggi, tapi memang kita pakai nama seperti itu. Memang kenyataannya kehancuran yang terjadi pun tersisitem antara para penggerak negara dan kaum penghancur masyarakat Papua dari dahulu hingga sekarang.

Sekarang apa yang harus kita pahami tentang hal ini. Media dalam jebakan para elit politik terkadang kita salah persepsi antara semua yang sedang terjadi. Tidak di sangka kalau memang semuanya seperti ini. Apa lagi kalau media kiri atau kanan yang dibiayai itu dari pemerintah atau swasta dalam tatanannya pemerintah, ironis juga.

Saya sendiri tidak tahu bagaimana eksistensi media tersebut. Diberikan sedekah dari pemerintah untuk membiayai media sama halnya dengan kita mengembil barang yang kita masalah terhadap barang tersebut. Apa lagi barang itu paling kita tidak mau.

Melanggar kode etik tetapi memperjuangkan persamaan dan kesamaan dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan dari segalah aspek peerjuangan mulai dari pendidikan, kesehatan, media, dan lain sebagainya. Peran positif memang membawa keseriusan dalam perubahan media dari orang Papua sendiri, tetapi apa implementasi kebijalan yang menyeluruhnya.

Mungkin kita akan bertanya-tanya bagaimana peran media tersebut. Semua akan menjawabnya dengan berbagai macam jawaban yang positif, mungkin saya sendiri tidak tahu tentang hal ini tetapi coba kita amati bersama-sama tentang jalannya media Papua.

Saya pernah baca sebuah buku tentang media yang terlupakan ketika perjuangan Timor Leste dalam memperjuangkan kemerdekaan sejati mereka. Peran media yang dibungkan mati-matian hingga wartawan dari berbagai negara yang datang meliput di Timor-Leste pun dibunuh habis-habisan.

Informasi yang di cari pun di hancurkan dari media cetak hingga media koran pada saat itu. Tak heran masa presiden Soeharto yang membuat adanya terobosan pembunuhan terkejam di sana.

Ada esensi positif yang perlu kita pahami dari kasus tersebut. Media yang sering terjebak oleh adanya suatu peranan kita sendiri.

Kalau bicara masalah media di Papua yang dijebak, bahwasannya yang kita sendiri bisa serahkan sekarang. Media Papua yang akhir-akhir ini menjadi sorotan oleh para pemimpin-pemimpin Indonesia. Mentri pertahanan yang membuat suatu undang-undang dalam mengakses media menjadi suatu trauma bagi para penggerak media Papua akhir-akhir ini.

Mungkin kita tidak akan tahu tentang keberadaannya sekarang, tetapi media yang murni dan media yang jauh dari berbagai kebebasan yang di batasi adalah media yang menar-benar memperjuangkan identitsan perjuangan bangsa Papua sendiri. Jebakan tersendiri yang sering membuat kita bingung dengan hal ini.

Sekarang bagaimana sikap kita untuk jauh dari persoalan-persoalan yang sempit ini. Ada beberapa pokok yang perlu saya sampaikan dalam sikap kita:

1. Menajemen media harus jelas

Menajemen media harus jelas bukan hanya kita ambil seorang reporter dari mana saja dan kapan saja. Menajemen media yang saya maksud adalah pengelolahan keuangan yang harus jelas, Iklan adalah salah satu sumber dana yang perlu kita cari bersama-sama. Ada banyak toko-toko yang perlu periklanan, kita cari itu sebagai sumber media.

Bukan saja toko-toko, juga perusahan-perusahan di Papua yang perlu promosikan pesrusahan media kita cari respon dari mereka untuk mengelolah media tersebut. Bukan dengan begiru media akan berjalan dengan baik.

2. Adanya suatu Polred (Politik Keredaksian)

Politik keredaksian adalah suatu tujuan yang ingin dicapai dari media tersebut. Esensi dan tujuan dari media tersebut bagaimana. Juga pagaimana peran media tersebut untuk menyikapi berbagai masalah yang sedang terjadi dalam lingkungan kita sendiri.

Akhir dari tulisan ini adalah, dalam menjalankan sebuah media masalah di jebakdan tersejak perlu adanya kesadaran dari kita sendiri dalam menjalankan suatu media. Kita tidak perlu terikan dari berbagai kosesponden atau sponsor yang membiayai kita sendiri dalam menjalankan suatu media. Kalau memang media itu mau mengangkat martabat dan harkat orang Papua.


Penulis adalah peneliti perkembangan dunia maya orang Papua dan redaksi Nyamuk Papua




Tidak ada komentar:

Posting Komentar