Jumat, 20 Maret 2015

Agama dan Lembaga Organisasi, Pilihan Jalan Kebenaran Ada di Siapa?

Pulau Papua. Foto: Ist
Oleh: Oktovianus Wanggai

Beberapa kali baca status mengenai ajaran Israel di Papua melalui media sosial, Facebook, Twitter, Linkid, hingga media sosial lainnya, marak dengan timbulnya berbagai kontra dan pro, pasti selalu saja ujung-ujungnya lahirkan konflik adu domba melalui kata demi kata yang dikeluarkan berdasarkan alasan yang mungkin menurut para pengomentar sesuai dengan apa yang dia pikirkan.

Maraknya pro dan kontra yang lahirkan konflik horizontal antara golongan-golongan tertentu pun lahir dengan berbagai versi, diantaranya adalah bagi mereka yang pro terhadap ajaran Israel di Papua dan mereka yang kontra terhadap ajaran Israel di Papua, dan mungkin juga sebaliknya. 

Beberapa kali saya berdiskusi dengan teman-teman saya di kampus, kebetulan kami dikasih mata kuliah rekonsiliasi konflik dan filsafat agama di Indonesia. Dalam diskusi-diskusi tersebut, ada beberapa poin-poin yang sering kami kumpulkan dan itu menjadi bahan untuk kita renungkan sendiri, karena masing-masing dari kami pun juga memiliki keyakinan yang berbeda-beda. Ada yang dari Kristen Katolik, Protestan, juga Islam, kebetulan salah satu teman kami berasal dari Fak-Fak, West Papua. 

Selasa, 17 Maret 2015

Masalah West Papua Berjamur, Kemana Mahasiswa Papua?

Oleh: Manu Rumbiak
Wadah Persatuan West Papua melalui ULMWP
Saya kadang sedih dan menangis ketika menatap layar komputer dan menyaksikan berbagai persoalan di tanah air saya West Papua. Kesedihan itu timbul dengan berbagai pertimbangan yang saya rasakan dan membaca situasi tersebut kedepan, bagaimana nasib bangsa Papua nantinya?
Mungkin orang akan menganggap saya gila atau frustasi karena tidak bertanggung jawab dan saya sendiri tidak melakukan sesuatu untuk Bangsa Papua, tapi entah lah, itulah perasaan yang saya rasakan setelah melihat dan membaca berbagai kompleksitas persoalan yang melanda bangsa West Papua saat ini.
Tahun 2015 menjadi tahun baru bagi pergerakan bangsa West Papua (Baca: Radioz/Wenda) dan tahun baru adalah tahun perjuangan bangsa West Papua untuk merebut kembali manipulasi sejarah bangsa West Papua oleh Indonesia pada tahun 1969 silam.

Kritik Terhadap Para Penolak Eksekusi Mati dan Efek Perjuangan West Papua di Fasifik

Oleh: Decky Yaboisembut

Foto Doc PribadiFoto Doc Pribadi
(Sebuah kritik untuk para penolak hukuman mati narkoba lebih khususnya para intelek Papua meliputi kaum perempuan, laki-laki juga para relawan Papua yang merasa terlibat atas penolakan hukuman mati yang dikeluarkan oleh Presiden Indonesia, Jokowi Dodo beberapa waktu lalu)

Kada kita orang Papua terjebak dengan hal yang sederhana tetapi luar biasa. Jebakan itu mungkin diakibatkan oleh kurangnya pembacaan situasi diplomasi West Papua yang sangat minim atau bagaimana? secara mendasar, saya juga tidak tahu. Pada intinya bahwa apa yang kita lakukan mengenai aturan Eksekusi Mati kadang tidak tepat pada sasaran.

Sekarang sudah tren dan bukan hal baru mengenai aturan Eksekusi Mati oleh Pemerintah Indonesia. Aturan Eksekusi Mati karena narkoba menimbulkan banyak sekali isu dan propadanga juga kontraversi yang melegitimasikan para penyelidik dalam hal ini Komnas HAM sering melakukan sebuah upaya penyelamatan dengan alasan bahwa aturan Eksekusi Mati adalah sebuah keseriusan pelanggaran HAM yang sangat berat.

#‎PrayforVanuatu‬ dan Negara Melanesia lainnya, Perjuangan West Papua Jalan Terus

7 Wilayah Adat Berdoa bagi Negara-negara Melanesia dan Vanuatu
Akhir-akhir ini terjadi bencana alam yang sangat memilukan yaitu angin topan Pam yang terjadi di kawasan Fasifik, tepatnya di negara-negara Melanesia yang serumpun dengan bangsa West Papua, yaitu Vanuatu tepatnya. Topan Pam bertiup lebih lama di Vanuatu dari kawasan Hampir seluruh perkampungan di Vanuatu rusak karena topan tropis PAM yang tiba di negara tersebut hari Jumat (13/2/2015) kemarin. Jumlah kematian mencapai 44 orang, namun jumlah ini hanyalah laporan sementara yang belum dikonfirmasikan (baca: Jubi/15/03).

Di Kepulauan Solomon, Tikopia adalah salah satu pulau yang menerima dampak terburuk setelah topan Pam melewati pulau itu. Juga di Fiji, hingga Minggu (15/03) sore, penduduknya telah diminta untuk bersiap menghadapi kemungkinan paling buruk yang bisa terjadi karena topan Pam. (Baca: lanjut Jubi/15/03)

Senin, 02 Maret 2015

Pengantar Untuk Memahami Das Kapital [Bagian III]

Karl Marx / Foto: Ist
Oleh: Ismantoro Dwi Yuwono

MEKANISME PENGHISAPAN NILAI LEBIH
1.        Rumusan K-K (Komoditi-Komoditi), K-U-K (Komoditi-Uang-Komoditi), dan U-K-U+ (Uang-Komoditi-Uang + Keuntungan/Profit)
Telah penulis sebutkan di muka bahwa dalam menjalani kehidupannya manusia membutuhkan berbagai produk, dan untuk kepentingan inilah maka antara manusia satu dengan manusia lainnya saling menukarkan hasil kerjanya antara satu sama lain. Misalnya seorang petani yang membutuhkan meja akan menukarkan hasil kerjanya, berupa padi, dengan sebuah meja dengan seorang pembuat meja. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut: K-K (Komoditi ditukar dengan Komoditi = padi ditukar dengan meja).
Dalam perkembangan selanjutnya pertukaran antar komoditi secara langsung tersebut tidaklah praktis, dan untuk mempraktiskan terjadinya tukar-menukar komoditi tersebut maka terciptalah uang. Uang adalah nilai universal yang berfungsi untuk ditukarkan dengan berbagai komoditi. Dan dengan uang inilah kemudian rumusan tukar-menukar barang/komoditi secara langsung mengalami pergeseran, orang ketika melepaskan komoditinya tidak lagi untuk mendapatkan komoditi, tetapi untuk mendapatkan uang demi untuk mendapatkan komoditi. K-U-K (Komoditi-Uang-Komoditi). Hal ini dapat dicontohkan secara konkret seperti ini: Ketika Kevin menjual padi, si kevin dari padi yang dijualnya tersebut mendapatkan uang sebagai alat pembayarannya sebesar Rp. 100 ribu. Dan dengan uang sebesar Rp. 100 ribu inilah kemudian dibelanjakan oleh Kevin untuk membeli sebuah meja seharga Rp. 100 ribu. Jadi, rumusan ini sebenarnya ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa “orang menjual untuk membeli dan orang yang membeli adalah orang yang telah menjual hasil kerjanya.”

Catatan Penting untuk Saudara Natalius Pigai Tentang “Tembak Mati”

Oleh: Decky Yaboisembut

Papua Island / Foto: Ist
Saya beberapa hari ini membaca bukunya saudara Natalius Pigai tentang “Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik Papua” dan berdiskusi tengan teman-teman. Saya adalah seorang mahasiswa dan aktivis Papua Merdeka yang setiap harinya turun di jalan dan melakukan aksi damai. Dalam buku ini saya dan teman-teman saya sering berdiskusi poin-poin inti yang saudara Natalius utarakan dalam analisis kritisnya mengenai Papua.

Sekarang kenapa saya menuliskan catatan ini kepada saudara Natalius Pigai sebagai anggota Komnas HAM yang hampir setiap hari mengomel-ngomel terkait masalah di atas masalah di Indonesia? Saya kadang heran dengan stegmen dan kebijakan yang diambilnya, saya bukan tukan ramal dan bukan tukan melihan sesuatu berdasarkan keinginan saya tetapi ini realita dan kenyataan Papua saat ini.
Beberapa waktu lalu selesai berdiskusi buku saudara Natalius, dan melihat apa-apa saja yang sering ia buat selama menjadi Komnas HAM kami sering mengapresiasinya, mulai dari kebijakan yang dikeluarkan dalam menangani kasus di Batam hingga kasus penembakan 5 warga sipil di Paniai. Saya mengapresiasi kebijakan yang ia telah buat, walau pun masalahnya belum selesai dan masih berproses.