Sabtu, 28 Februari 2015

Pembunuhan Theys: Antara Kepentingan dan Arus Pergantian Pemimpin Indonesia 2014 [Bagian 1]

Theys Hiyo Eluai/ Foto:Ist
Oleh: Andhy Pekey

Pada awalnya untuk menuliskan tulisan ini sedikit kontraversi antara apa yang ingin saya tuliskan dan bagaimana kepentingan belaka dari kaum elit pusat terutama jakarta yang mencoba untuk menghancurkan tuang gerak orang Papua pada saat itu.

Tapi setelah banyak pertimbangan dan kesetaraan untuk menghubungkan antara kepentingan dan partai politik dari pembunuhan tersebut, secara struktural dan fungsional kepentingan menjadi aktor dari pembunuhan tokoh karismatik bangsa Papua 13 tahun yang lalu.

Tiga belas tahun yang lalu, tepatnya 10 November 2001, pukul 10.30 Waktu Papua (WP), Komandan Satgas Tribuana (Kopassus) Kol. Inf. Hartomo datang  menjemput Theys Hiyo Eluay, pemimpin besar Papua, di rumahnya. Berselang setengah jam kemudian, Theys Hiyo Eluay berangkat dari rumah menuju Hotel Matoa untuk mengikuti rapat Presidium Dewan Papua. 

Namun pemimpin besar Papua ini tak pernah pulang ke rumahnya di Sentani. Esok harinya, 11 November 2001, Theys Hiyo Eluay ditemukan sudah tak bernyawa dalam mobilnya di KM 9, Koya, Muara Tami, Jayapura. Tubuh Theys dalam posisi duduk terletang dan kedua kakinya memanjang ke depan. Di bagian pusat perutnya ada bekas goresan merah lembab. Tak ada yang menyangkal, Theys meninggal karena dibunuh (dilansir dari tabloidjubi.com edisi 10 November 2014).


Secara sadar kita telah mengerahui bahwa pembunuhan Teys yang beberapa tahun belum diketahui kasus pembunuhan tersebut. Kalau kita tinjau berdasarkan berbagai fakta dan kenyataan mengenai pembunuhan tersebut adalah murni pembunuhan oleh kopasus Indonesia yang sekarang kita kenal dengan para pembunuh gelap dalam berbagai bentuk. Apa lagi di Papua!

Sekarang bagaimana dengan antara kepentingan dengan pergantian pemimpin di Indonesia? Kita tinjau 13 tahun silam, melawal lupa. Kepentingan politik pusat yang membuat adanya arus pergantian pemimpin padasaat itu menyebabkan kontaversi para elit Papua dengan pergantian pemimpin pada saat itu, akibat pembunuhan dan pembantaian terhadap tokoh karismatik bangsa Papua pun terjadi.

Sekarang kita coba untuk analisis pembunuhan tersebut dari adanya kepentingan dengan arus peragantian pemimpin Indonesia pada saat itu:

Pembunuhan Theys Hiyo Eluai dalam Kepentingan Pusat

Beberapa waktu lalu saya nontop percikap video debat capres/cawapres dalam gonjang-ganjing pemimpin indonesia, tetapi debat bukan dari capres/cawapres tetapi perwakilan dari masing-masing kandidat dari kedua capres/cawapres video matanajwa di Metro TV edisi 20Agustus 2014.

Dalam debat ramai antara kandidat pro Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK salit taring menarik mengingat semua kesalahan-kesalahan beberapa tahun silam antara kedua kubuh. Dari Prabowo membongkar semua kekejaman yang dilakuakn oleh Jokowi-JK yang di tamengkan oleh Megawati, juga Prabowo-Hatta tentang kekejaman tragedi Trisakti 1998 hingga Mapenduma di Papua.

Ada satu percikan kata yang sempat keluar soal kasus Teys Hiyo Eluai 13 tahun silam. Dari kubu Prabowo-Hatta yang sempat melontarkan kata tersebut. “Kalau begitu, kasus pembunuhan Teys juga belum tertuntaskan. Itu semua terjadi di zamannya ibu Mega, kami punya data tentang pembunuhan tersebut. Kalau bicara soal pelanggaran HAM, zaman Ibu Mega juga pembantaian dan pembunuhan masyaraakat terlalu marak. Kami punya data kalau kita bicara soal bongkat-bongkar pelanggaran masa lalu.”ujar salah satu pendukung tim pro Prabowo-Hatta.

Sejenak keherangan. Bukan saja keherangan tapi heran dengan kejadian seperti ini. Lahirnya kepentingan politik elit pusat hingga terbongkarnya kekejaman negara ini dari tameng pelanggaran HAM masa lalu oleh pemimpin pusat.

Secara analisisnya pembunuhan dan pembantaian 13 tahun silan secara sadar kenyataan tersebut adalah rill. Pembunuhan yang sadar dan nyata berencana dari masa pemerintahannya Megawati, bagaimana mungkin, pencuri tidak mau jujur. Kasus pembunuhan Teys yang belum tertuntaskan. Bukan rekayasa belaka, ini sebuah slogan yang keluar dari mulut kubu Prabowo-Hatta. Secara hukum kalau dibuktikan, Megawati adalah aktor pembunuhan toko karimatik Bangsa Papua.

Kasus yang belum tertuntaskan dalam slogan tersebut mempunyai makna antara positif-negatif dalam peran tersebut. Sedikit mengkritisi slogan tersebut, bagaimana kalau kasus tersebut dibuktikan pada saat debat, padawaktu itu?Karena ketakutan kubuh dari Jokowi-JK pun diam sejenak. Mungkin kasus tersebut benar dan sadar dilakukan pada saat zaman Megawati.

Mempunyai data yang lengkap tentang pembunuhan Theys, bukan apa tetapi itu kata yang dikeluarkan kubuh Prabowo-Hataa. Mempunyai data yang lengkap terkait penculikan dan pembunuhan tersebut.

Ryamizard Ryacudu dikenal sebagai Jenderal TNI yang kerap mengkritik para aktivis HAM. Dia sempat meragukan kemampuan sipil dalam memerintah negara ini. Di penghujung 2003, Ryamizard pernah menyebut, siapa pun yang menentang kebijakan militer harus dianggap anti pemerintah dan target yang layak disingkirkan.
Ryamizard juga pernah menyakiti hati orang Papua karena menyatakan anggota Kopassus yang membunuh pimpinan besar Papua, Theys Hiyo Eluay sebagai pahlawan.

“Orang bilang para anggota Kopassus bersalah, mereka melanggar hukum. Hukum apa? Menang negara ini adalah negara hukum. Tapi bagi saya, mereka adalah pahlawan karena orang yang dibunuh adalah pemimpin pemberontak.” Kata Ryamizard saat itu. Seperti dikutip dari tabloidjubi.com edisi 29 Oktober 2014. [Bersambung]

Penulis adalah mahassiwa Papua kuliah di Jayapura, West Papua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar