Theys Hiyo Eluai/ Foto:Ist |
Oleh: Andhy Pekey
Pada awalnya
untuk menuliskan tulisan ini sedikit kontraversi antara apa yang ingin saya
tuliskan dan bagaimana kepentingan belaka dari kaum elit pusat terutama jakarta
yang mencoba untuk menghancurkan tuang gerak orang Papua pada saat itu.
Tapi setelah
banyak pertimbangan dan kesetaraan untuk menghubungkan antara kepentingan dan
partai politik dari pembunuhan tersebut, secara struktural dan fungsional
kepentingan menjadi aktor dari pembunuhan tokoh karismatik bangsa Papua 13
tahun yang lalu.
Tiga belas tahun
yang lalu, tepatnya 10 November 2001, pukul 10.30 Waktu Papua (WP), Komandan
Satgas Tribuana (Kopassus) Kol. Inf. Hartomo datang menjemput Theys Hiyo Eluay, pemimpin besar
Papua, di rumahnya. Berselang setengah jam kemudian, Theys Hiyo Eluay berangkat
dari rumah menuju Hotel Matoa untuk mengikuti rapat Presidium Dewan Papua.
Namun pemimpin besar Papua ini tak pernah pulang ke rumahnya di Sentani. Esok harinya, 11 November 2001, Theys Hiyo Eluay ditemukan sudah tak bernyawa dalam mobilnya di KM 9, Koya, Muara Tami, Jayapura. Tubuh Theys dalam posisi duduk terletang dan kedua kakinya memanjang ke depan. Di bagian pusat perutnya ada bekas goresan merah lembab. Tak ada yang menyangkal, Theys meninggal karena dibunuh (dilansir dari tabloidjubi.com edisi 10 November 2014).
Namun pemimpin besar Papua ini tak pernah pulang ke rumahnya di Sentani. Esok harinya, 11 November 2001, Theys Hiyo Eluay ditemukan sudah tak bernyawa dalam mobilnya di KM 9, Koya, Muara Tami, Jayapura. Tubuh Theys dalam posisi duduk terletang dan kedua kakinya memanjang ke depan. Di bagian pusat perutnya ada bekas goresan merah lembab. Tak ada yang menyangkal, Theys meninggal karena dibunuh (dilansir dari tabloidjubi.com edisi 10 November 2014).
Secara sadar
kita telah mengerahui bahwa pembunuhan Teys yang beberapa tahun belum diketahui
kasus pembunuhan tersebut. Kalau kita tinjau berdasarkan berbagai fakta dan
kenyataan mengenai pembunuhan tersebut adalah murni pembunuhan oleh kopasus
Indonesia yang sekarang kita kenal dengan para pembunuh gelap dalam berbagai
bentuk. Apa lagi di Papua!
Sekarang
bagaimana dengan antara kepentingan dengan pergantian pemimpin di Indonesia?
Kita tinjau 13 tahun silam, melawal lupa. Kepentingan politik pusat yang
membuat adanya arus pergantian pemimpin padasaat itu menyebabkan kontaversi
para elit Papua dengan pergantian pemimpin pada saat itu, akibat pembunuhan dan
pembantaian terhadap tokoh karismatik bangsa Papua pun terjadi.
Sekarang kita
coba untuk analisis pembunuhan tersebut dari adanya kepentingan dengan arus
peragantian pemimpin Indonesia pada saat itu:
Pembunuhan Theys
Hiyo Eluai dalam Kepentingan Pusat
Beberapa waktu
lalu saya nontop percikap video debat capres/cawapres dalam gonjang-ganjing
pemimpin indonesia, tetapi debat bukan dari capres/cawapres tetapi perwakilan
dari masing-masing kandidat dari kedua capres/cawapres video matanajwa di Metro
TV edisi 20Agustus 2014.
Dalam debat
ramai antara kandidat pro Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK salit taring menarik
mengingat semua kesalahan-kesalahan beberapa tahun silam antara kedua kubuh.
Dari Prabowo membongkar semua kekejaman yang dilakuakn oleh Jokowi-JK yang di
tamengkan oleh Megawati, juga Prabowo-Hatta tentang kekejaman tragedi Trisakti
1998 hingga Mapenduma di Papua.
Ada satu
percikan kata yang sempat keluar soal kasus Teys Hiyo Eluai 13 tahun silam.
Dari kubu Prabowo-Hatta yang sempat melontarkan kata tersebut. “Kalau begitu,
kasus pembunuhan Teys juga belum tertuntaskan. Itu semua terjadi di zamannya
ibu Mega, kami punya data tentang pembunuhan tersebut. Kalau bicara soal
pelanggaran HAM, zaman Ibu Mega juga pembantaian dan pembunuhan masyaraakat
terlalu marak. Kami punya data kalau kita bicara soal bongkat-bongkar pelanggaran
masa lalu.”ujar salah satu pendukung tim pro Prabowo-Hatta.
Sejenak
keherangan. Bukan saja keherangan tapi heran dengan kejadian seperti ini.
Lahirnya kepentingan politik elit pusat hingga terbongkarnya kekejaman negara
ini dari tameng pelanggaran HAM masa lalu oleh pemimpin pusat.
Secara
analisisnya pembunuhan dan pembantaian 13 tahun silan secara sadar kenyataan
tersebut adalah rill. Pembunuhan yang sadar dan nyata berencana dari masa
pemerintahannya Megawati, bagaimana mungkin, pencuri tidak mau jujur. Kasus
pembunuhan Teys yang belum tertuntaskan. Bukan rekayasa belaka, ini sebuah
slogan yang keluar dari mulut kubu Prabowo-Hatta. Secara hukum kalau
dibuktikan, Megawati adalah aktor pembunuhan toko karimatik Bangsa Papua.
Kasus yang
belum tertuntaskan dalam slogan tersebut mempunyai makna antara positif-negatif
dalam peran tersebut. Sedikit mengkritisi slogan tersebut, bagaimana kalau
kasus tersebut dibuktikan pada saat debat, padawaktu itu?Karena ketakutan kubuh
dari Jokowi-JK pun diam sejenak. Mungkin kasus tersebut benar dan sadar
dilakukan pada saat zaman Megawati.
Mempunyai data
yang lengkap tentang pembunuhan Theys, bukan apa tetapi itu kata yang
dikeluarkan kubuh Prabowo-Hataa. Mempunyai data yang lengkap terkait penculikan
dan pembunuhan tersebut.
Ryamizard
Ryacudu dikenal sebagai Jenderal TNI yang kerap mengkritik para aktivis HAM.
Dia sempat meragukan kemampuan sipil dalam memerintah negara ini. Di penghujung
2003, Ryamizard pernah menyebut, siapa pun yang menentang kebijakan militer
harus dianggap anti pemerintah dan target yang layak disingkirkan.
Ryamizard juga
pernah menyakiti hati orang Papua karena menyatakan anggota Kopassus yang
membunuh pimpinan besar Papua, Theys Hiyo Eluay sebagai pahlawan.
“Orang bilang
para anggota Kopassus bersalah, mereka melanggar hukum. Hukum apa? Menang
negara ini adalah negara hukum. Tapi bagi saya, mereka adalah pahlawan karena
orang yang dibunuh adalah pemimpin pemberontak.” Kata Ryamizard saat itu.
Seperti dikutip dari tabloidjubi.com
edisi 29 Oktober 2014. [Bersambung]
Penulis adalah mahassiwa Papua kuliah di Jayapura, West Papua
Penulis adalah mahassiwa Papua kuliah di Jayapura, West Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar