Rabu, 12 November 2014

Transmigrasi di Papua: Gubernur Papua Main Mata

Ilustrasi

















Oleh, Marko Sani

Terlalu ribet bicara masalah transmigrasi hingga harus jelaskan secara rinci pengertian, fungsi, hingga yang mendetailnya mengenai transmigrasi secara teoritis. Kalau bicara soal teoritis mengenai permasalahan sosial berarti kita harus kembali ke pendidikan Indonesiadi bangku SD Kelas 4.

Transmigrasi kalau secara kenyataan dan realita bahwa kita antar orang yang tidak mampu (orang miskin) ke tempat yang lain. Tempat dimana mereka bisa hidup damai dan sejahtera di tempat tertentu.

Beberapa waktu lalu saya sempat baca status di facebook. Atas nama, Yason Ngelia. Statusnya dituliskan begitni, “Gubernur sendirian Tolak Tranmigrasi di Papua. Sama Nilainya ketika mahasiswa Tolak Otsus Plus. Sama~sama sendirian. Mahasiswa sendirian, kini Gubernur sendirian tanpa mahasiswa.”

Sedikit lucu baca percakapan tersebut. Tapi lucunya dosorot ke gubernurnya bukan penulis status. Kenapa sedikit lucu, kita bukan bicara soal kenyataan dan realita ini baru pendapat orang yang tidak tahu nantinya akan terjadi seperti bagaimana.


Minggu, 09 November 2014

Media di Papua yang Terjebak dan Dijebak

Ilustrasi Media















Dalam kurung waktu yang sedikit lama antara orde lama hingga orde reformasi saat ini, media Papua menjadi wacana publik dengan keberadaan dan bemberitaan dalam menyampaikan sesuatu. Demorkasi dalam media terkadang menjadi suatu penghalang dan bagaimana kita menyebutkan itu memang menjadi suatu tolak ukur untuk menyampaikan kepada publik tentang kenyataan dan realita saat ini di Papua.

Memang, secara kenyataan terjadi di Papua antara para elit-elit yang mengatasnamakan media dalam perjuangan sudah semakin marak tetapi di samping itu apa yang terjadi, media sering terjebak dalam arahan dan keterbatasan paksaan para elit-elit politi orang Papua.

Tidak perlu memberikan contoh dan keterangan yang jelas, kenyataan mungkin tidak akan terjawab tetapi secara analisis dan struktural fungsional media itu yang akan menjawab keterkaitan jebakan tersebut.

Sabtu, 08 November 2014

Ko OAP: Bukan Radikal Tapi Sadar Saja!

Ilustrasi Radikalisme




















Nasionalisme di negara-negara penganut sistem demokrasi liberal, mengketegorikan sebagai suatu kesadaran yang harus dan mutlak untuk menyadari hal-hal yang menyangkut dengan penghayatan mengenai sistem perjuangan di negeri itu. Tidak kalah jauh, bahwa nasionalisme dalam paham komunis agak sedikit bertentangan dengan nilai moral dari sosialis yang memiliki prinsip rasa sama-sama.

Pada prinsipnya pendidikan dalam bangku-bangku sekolah nasionalisme biasanya di bangun mulai dari pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Dari pandangan yang sedikit kontraversi bahwa nasionalisme terkadang dipaksakan untuk di hayati dalam bentuk apapun.

Dalam tulisan ini bahwasannya radikalisme dalam pemahaman masyarakat penganut suatu sistem yang bertentangan dengan sistem yang terbangun di wilayah tersebut. Tidak tahu wilayahnya dimana!

Pemahaman yang sama terjadi di lingkungan kita sendiri. Radikalisme dalam suatu paham persamaan, entah itu berbentuk dengan norma dan nilai yang di paham secara bersama dalam pertentangan hidup atau tidak.

Disini sorotan yang sedikit radikal yang sering kita tidak menyadari hal ini, bahwa pemahaman kita terhadap sesuatu yang kita jadikan menjadi sebuah paham yang seakan-akan paham itu menjadi landasan hidup kita.


Jumat, 07 November 2014

Demokrasi dalam Dunia Maya

Ilustrasi Demokrasi


























Demorkrasi Indonesia yang sekarang kita anut menjungjung tingga martabat manusia dalam kesamaan sesorang, juga sesorang itu bebas untuk berekspresi dalam bentuk apa pun. Demokrasi juga adalah ssitem terbaik setiap orang untuk bebas dari segala belenggu kemunafikan dunia (Bung Hatta).

Pada prinsipnya bahwa demokrasi itu tidak memandang ras dan etnis, semua sama di hadapan hukum hanya cara pandangnya saja yang berbeda.

Sorotan demorasi dalam dunia maya selalu menjadi pokok masalah yang sangat serius dalam kehidupam masyarakat dunia maya.

Tak heran, kita sekarang mengandai ada bumi dimana kenyataan itu terjadi dengan bumi dimana kita bermain-main di dunia maya yang serba ada. Mungkin itu yang dinamakan zaman teknologi. Sa tra tahu!

Genosida Etnik (Etnosida)

Orang Papua, ilustrasi. Foto: Ist.
















Sa pu rambut keriting dan sa pu kulit hitam memang sa Papua, 
tapi bukan berarti sa anak kaco

Tahukah Anda, bahwa genosida etnik itu telah kita rasakan secara terang-terangan saat ini. Mungkin saudara-saudara kita di mana pun berada sebagai orang Papua merasa bahwa hak asasi mereka telah hilang secara perlahan-lahan, bahkan ada yang dirampas secara paksa. 

Tidak dipungkiri bahwa hal itu benar adanya, jadi jika itu terjadi di hadapan Anda dan saya, kita sudah harus tahu bahwa orientasi setiap orang (yang bukan Papua) sangat jamak, sehingga mereka memberikan definisi terhadap Papua menurut kriteria mereka. 

Aku suka Papua karena Raja Ampat, Aku suka Papua karena Lembah Baliem, Aku Suka Papua karena Gunung Kartenz (Puncak Jaya/Salju Abadi), Aku suka Papua karena sumber daya alamnya, Aku suka Papua karena hutannya masih hijau, Aku suka Papua karena Persipura. 

TENTANG

Nyamuk Papua merupakan tempat untuk saling bertukar gagasan dari berbagai aliran politik, ekonomi, dan sosial budaya orang Papua. Lebih dari itu, juga mengkaji dan mengkritisi jalannya roda sistem pemerintahan yang ambigu hingga sampai saat ini. Kami menyadari bahwa kebebasan berekspresi di Papua sudah menjadi meralat dalam bentuk yang tersistematis, kebebasan berekspresi yang dibungkan dalam bentuk nyata maupun di dunia maya. Sebagaimana Nyamuk, kami akan mencari pengetahuan dan mengkritiksi semua penyakit-penyakit malaria di segala lini kehidupan manusia Papua yang katanya dijamah manusia suci yang diperalat terus menerus. Kami akan berjuang seperti Nyamuk yang sering mengisap darah, tra tahu kapan dan dimana dan siap membasmi penyakit-penyakit politik ekonomi masyarakat orang Papua yang berlandas hantu penyakit kapitalis.

Email Nyamuk Papua: redaksinyamukpapua@gmail.com

Redaksi Nyamuk Papua

Pernyataan Sikap Solidaritas Untuk Papua (SUP)

“Rezim SBY-Budiono Harus Bertanggung Jawab Atas Musibah
Yang Terjadi  di Kab. Tambrauw, Papua Barat.”

Serangan wabah di Kabupaten Tambrauw, Distrik Kwor, Kampung Jocjoker, Kosefo, Baddei, Sukuwes dan Krisnos ( Propinsi Papua Barat ), baru-baru ini telah merenggut puluhan nyawa rakyat setempat dan ratusan rakyat lainnya masih dalam keadaan sakit dan tak berdaya, hingga sebagian meninggal secara beruntun tanpa memdaptkan pelayanan kesehatan yang semestinya dari pemerintah dan petugas medis.
Serangan wabah ini sudah terjadi sejak bulan November 2012 dan masih terus berlangsung hingga saat ini, namun hal ini belum mendapatkan tindakan penangan yang serius dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dan terkesan adanya upaya pembiaran yang dilakukan oleh pemerintah terhadap peristiwa ini, upaya pembiaran yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani peristiwa ini, dipertegas lewat pernyataan pemerintah daerah setempat yang diyatakan oleh Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat bahwa peristiwa ini bukanlah suatu Kejadiaan Luar Biasa, sebab menurut mereka jumlah 15 orang korban meninggal itu dianggap wajar, dan tidak membenarkan jumlah korban sebanyak 95 orang meninggal dan ratusan lainnya yang masi dalam keadaan sakit yang telah dirilis oleh LSM.

Orang-orang Dari Dalam Perut Bumi

Ilustrasi (Jubi/Saut Marpaung)



Diceritakan kembali oleh Elvis Kabey

Konon, di dalam perut bumi Danau Sentani bagian tengah, hidup komunitas masyarakat asli yang terisolasi dari permukaan bumi. Kehidupan yang sangat tersekat mendorong semangat empat orang muda dari komunitas ini untuk mengadakan perjalanan petualangan ke permukaan bumi melalui lorong penghubung yang gelap. Dengan keberanian yang luar biasa Roomehue, Khabey, Yokuraijoku dan Rookoro menelusuri lorong gelap perut bumi hingga ke tepi pintu keluar permukaan bumi, mereka duduk beristirahat. Roomehue, sang pemimpin petualangan meminta kepada Khabey keluar pintu lorong itu untuk memantau situasi di permukaan bumi. Ketika Khabey keluar di tempat yang bernama Aminjauw, ia mendengar suara tangisan orang dari Kampung Yomakhe. Khabey bergegas kembali kea rah perut bumi untuk memberitahukan peristiwa itu kepada ketiga orang temannya. Setelah mendengar berita yang disampaikan Khabey, Roomehue memerintahkan mereka bertiga bersamanya keluar menuju Aminjauw. Mereka berunding di Aminjauw dan keputusannya adalah mengutus Khabey. Khabey sampai di Yomakhe ternyata orang-orang kampong itu sedang berkabung meratapi sesosok jasad manusia yang meninggal karena tenggelan di Danau Sentani. Sekembalinya ke Aminjauw, Khabey memberitahukan keadaan yang dilihatnya kepada ketiga temannya, kemudian empat orang itu memutuskan untuk menetap sementara di Aminjauw sambil menjajak kemungkinan menjadikan wilayah itu sebagai tempat pemukiman tetap.


Apa itu Teori

Oleh: Ismantoro Dwi Yuwono


Tak mungkin berubah begitu saja tanpa kita mau berusaha, tak ada perjuangan yang sia-sia yakinlah penindas pasti binasa.” (Red Flag)

Seorang teman baikku (seorang akademisi dari sebuah universitas di Yogyakarta) dalam suatu diskusi dengan diriku pernah melontarkan sebuah argumen yang membuat benakku harus menyanggah lontarannya tersebut, karena menurutku lontarannya tersebut bermuatan arus (mainstream) pemikiran borjuis dan elitis yang menjauh dari kepentingan massa rakyat. Aku melihat argumen teman baikku itu mengespresikan adanya retakkan antara teori dan kepentingan untuk berpraksis, kepentingan massa rakyat dalam membangun pikiran kritis dan aksi mengubah dunia.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk menghakimi lontaran dari teman baikku itu, tulisan ini aku buat untuk diposisikan sebagai anti tesis dalam tradisi dialektika-Marxis, demi untuk menghancurkan sekaligus membangun sesuatu demi menciptakan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya (ambarbinangun: bar ambyar njur dibangun). Berangkat dari sini, maka izinkanlah aku untuk ber-anti tesis ria dengan dirimu (pikiranmu), wahai teman baikku.


Amilcar Cabral, Pejuang Pembebasan Nasional Afrika




















“Jika hal ini benar, bahwa sebuah revolusi bisa saja keliru sekalipun dilandasi dengan sebuah teori yang paling sempurna—namun belum pernah ada seorangpun yang berhasil dalam sebuah revolusi tanpa teori revolusioner.”

–Amilcar Cabral (1924-1973) seorang tokoh, pemimpin perjuangan pembebasan Afrika dari Guinea-Bissau

Amilcar Cabral, Sekretaris Jenderal PAIGC dalam sebuah seminar “Lenin dan Pembebasan Nasional” yang diselenggarakan di Alma Ata, Kazakhstan, ibukota propinsi Republik Sosialis Uni Soviet, tahun 1970, memberi pernyataan penting: “Bagaimana kita, manusia yang dirampas segala-galanya, yang hidup dalam himpitan kesengsaraan, kemudian menyusun perlawanan dan berhasil memenangkannya? Jawabnya ialah: “ini karena keberadaan Lenin, karena dia telah memenuhi panggilan hidupnya sebagai seorang manusia, sebagai revolusioner dan pahlawan. Lenin pernah melakukan dan melanjutkannya, sebagai pemenang yang unggul dalam pembebasan umat manusia.”


Tugasmu OAP: Berjuang Hingga Papua Merdeka!

Foto ilustrasi. Ist.













Setelah 50 tahun lebih berjuang untuk kemerdekaan Papua Barat, tersisalah kita yang tak lebih dari 2 juta orang asli Papua (OAP) ini pada puing-puing kehancuran bangsa. Akibat-akibat penjajahan sudah semakin jelas terlihat. Kita minoritas di atas tanah air sendiri. Alam Papua milik kita dieksploitasi dan mereka biarkan kita miskin. Pembunuhan di mana-mana. 

Bangsa kita disiapkan untuk digelindingkan di jurang kematian dan kemusnahan bangsa. Bangsa kita ingin dibuat tinggal nama.

Ironis, memang. Bangsa besar dengan lebih dari 250 suku bangsa mampunya merayap, tak mampu lagi bangkit. Dalam 50 tahun masa berjuang, bangsa kita masih terus meratap. Kita kini di bibir kehancuran. Kapan berhenti meratap? Kapan deklarasi masa jaya berjuang?