Kamis, 26 Februari 2015

Kapitalis yang Meluas, Siapa Salah?

Oleh: Victor Mayor

”Di atas batu ini saya meletakkan peradaban orang Papua, sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat tetapi tidak dapat memimpin bangsa ini, bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri,” Pdt. I.S. Kijne pada 25 Oktober 1925 di Wasior-Manokwari.

Tulisan ini sebuah refleksi dan kritik kepada semua elemen pemerintah Papua dari berbagai segi kehidupan. Mungkin terlalu dini kalau saya bilang seperti itu, tetapi entahlah, memang kondisi masyarakat Papua sedang terjepit dan dijajah oleh bangsa asing yang mau menghancurkan kehidupan orang asli Papua.

Sebenarnya tulisan ini mengritik kebijakan pemerintah provinsi Papua dalam hal ini seluruh bupati dan kepala-kepala dan kaki tangan Indonesia yang bergaya sama seperti raja di tanah Papua. Saya seorang masyarakat biasa yang tidak mempunyai apa-apa, tapi mudah-mudahan melalui tulisan ini rakyat sadar tentang hal ini dan perlu untuk melawan semua ketidakadilan yang terjadi di tanah Papua ini.

Saya tinggal di pelosok negeri bumi Cendrawasih yang kaya akan kekayaan alam yang melimpah dan saya secara jujur tidak bias mengelolahnya. Tidak tahu yang lainnya, tapi kenyataan yang terjadi kami orang asli Papua tidak bias mengelolahnya dengan sendiri, maka dari ini dengan menyimak tulisan saya ini mudah-mudahan menjadi berkah juga supaya kita tidak terjebak dengan system yang ada.

Berawal dari kehidupan dan keseharian orang Papua, hamper rata-rata di bumi Cendrawasih masyarakat Papua dihadapkan dengan berbagai macam teknologi modern yang diperkenalkan oleh bangsa asing untuk dipaksakan maju sama seperti mereka. Disegala lini kehidupan, tidak ada satu pun rakyat Papua menikmati kejayaannya melalui bidang ekonomi manusia yang berlebihan, diperparah lagi dengan ketidak sadarannya kita, sekarang pertanyaanya salah siapa?

Berikutnya lagi, kebetulan pacar saya adalah suku asli Papua yang berasal dari merauke jadi dia pernah bercerita kepada saya kondisi ekonomi yang sangat minim di daerahnya. Hanya satu pertanyaan yang saya tanyakan kepada dia, “Mengapa bias terjadi seperti demikian?”, karena tidak ada kata-kata yang mau dia beritahu kepada saya, dia hanya bias menjawab, “Semua salah system Indonesia yang memaksakan kita untuk berfikir sama seperti mereka”. Memang sesuatu yang perlu kita kritisi bersama-sama bagaimana dan apa yang terjadi, dan kenapa parara pemimpin kaki tangan Indonesia di Papua tidak menyadari hal seperti ini.

Masih berlanjut realistisnya kehidupan orang Papua, pemerintah sampai saat ini masih keliru dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat tanpa mempertimbangkan hal-hal seperti ini. Tapi yang jelasnya, orang asli Papua tidak akan pernah berkembang selama penjajahan itu masih berlanjut melalui cara-cara yang sistematis dan penuh drama pemusnahan orang Papua oleh pemerintah Pusat.

Dalam ilmu pengetahuan, dan secara teoritis, Karl Marx meyakini hokum peradaban manusia yang mencela kehidupan dengan apa yang terjadi di antara orang asli Papua sendiri. Marx meyakini adanya peradaban manusia yang mampu menyatukan dan memajukan sesuai dengna hokum kehidupan manusia yang perlu kita pahami, yaitu: proses peradaban Komunal hingga Kapitalis.

Kenyataan orang Papua sekarang masih hidup di area transisi komunal yang tidak bias kita samakan dengan kapitalis yang hidup hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Memang benar kalau orang Papua sekarang mengalami hal seperti ini.

Bukan sesuatu yang keliru kalau kita mengaitkan kehidupan sekarang yang ambigu dimainkan oleh pemerintah Indonesia dengan kepentingan mereka. Bermua dan mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lainya lahir hanya karena kepentingan politik asing yang mau menghancurkan manusia Papua dengan berbagai bentuk dan rupa yang sedang terjadi.

Sekarang bagaimana kita melihat kapitalis-kapitalis yang meluas di kehidupan masyarakat Papua? Kehidupan orang Papua sekarang sudah dihadapkan dengan berbagai kepentingan para orang asing yang mau membunuh secara sistematis melalui berbagai persoalan yang ada.

Tak kunjung, banyak orang Papua yang tidak sadar akan hal pembangunan ekonomi orang Papua mulai dari melakukan usaha, menajemen yang baik, dan lainnya. Sekarang pertanyaannya, semua ini salah siapa? Kembali melihat persoalan tadi, transmigrasi terjadi di Papua yang lahir hanya untuk mementingkan kepentingan Jakarta dimualai dengan penjajahan yang membuat masyarakat Papua sendiri keliru terhadap situasi dan kondisi saat ini.

Kesalaan pertama yang membuat orang Papua tidak mampu berpikir maju adalah pertama: pemerintah Pusat yang hanya mementingkan segelintir sistemnya untuk memusnahkan orang asli Papua, kedua: pemerintah Papua, yang juga korban dari system Indonesia sendiri, ketiga: orang asli Papua sendiri karena semua tidak sadar dan tidak mau lawan kenyataan dan realita yang terjadi.
Satu catatan untuk kita semua bahwa, kita akan terus dan terus terjajah oleh system ini, satu jalan yang perlu kita tahu dan harus kit aperjuangkan adalah kita harus bebas dari cengkraman ini. Bebas dari berbagai persoalan yang ada, dengan begitu kita akan bangkit dan berdiri di atas tanah kita sendiri, tanah West Papua.


Penulis adalah nelayan yang tinggal di Biak West Papua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar