(Catatan ini dituliskan untuk memperlurus semua jenjang
jaringan perlawanan yang berimpikan adanya revolusi terjadi di Papua, bukan
hanya kita menafsirkan revolusi itu dari sudut pandang kita bebas dari NKRI,
tetapi pehamananya luas dan kita bisa belajar dari revolusi negara-negara luar)
Revolusi itu akan terjadi dalam bentuk apa pun. Revolusi pun
mempunyai bentuk dan rupa yang berbeda-beda, di dalam revolusi, perubahan yang
terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat
dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan.
Jadi revolusi merupakan perubahan sosial dan kebudayaan yang
berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan
masyarakat. Itu sebatas pengetahuan pengantar kilat.
Sekarang bagaimana menafsirkan dan membuat revolusi itu terjadi.
Sekarang, misalnya, dalam Revolusi Rusia, Lenin dan tokoh puncak Partai Komunis
mampu menjadi pemimpin yang kharismatik. Kita kalau menafsirkan dan memahami
kembali, pokok-pokok pemikiran Lenin sejak revolusi itu terjadi. Lenin adalah
sosok idealnya komunis yang kita kenal dengan manusia jenius dari Rusia.
Kenapa kita katakan dia sebagai manusia yang jenius, kita harus
kembali memahami bagaimana pokok-pokok pemikiran yang sampai saat ini menjadi
bahan pembelajaran dan studi di banyak pergerakan sekarang. Satu catatan
penting yang bisa kita petik dari sosok Lenin adalah, bagaimana penafsiran
revolusi olehnnya dalam mengubah dunia Rusia yang berawal dari sikap kritis
dalam menulis, bekerja, dan mampu mempengaruhi orang melalui karya-karyanya.
Revolusi lain yang mengedepankan seorang tokoh, misalnya Fidel
Castro di Kuba, Che Guevara di Amerika Selatan, Mao Tse-Tung di Republik Rakyat
Tiongkok, Ho Chi Minh di Vietnam, Ayatullah Khomeini di Iran, Corazon Aquino di
Filipina ketika Revolusi EDSA, dll (Wikipedia). Tokoh-tokoh ini memberikan
gambaran besar kepada kita manusia Papua untuk menafsirkan revolusi itu dengan
kaca mata yang besar, bukan soal main-main atau hanya sensasi biasa.
Sekarang, apakah Indonesia pada pergantian rezim dari Orde Baru
menuju Reformasi bisa kita katakan sebagai revolusi dalam pergerakan mahasiswa?
Indonesia tidak mempunyai target utama dalam melakukan reformasi dalam
berevolusi.
Kita bisa menafsirkan revolusi itu terjadi dalam jangka yang
biasa-biasa. Itu kalau konteks daerah yang dijajah dan ingin melakukan revolusi
pun, proses berpikir kita masih jauh dengan Indonesia sendiri, walau Indonesia
tidak dikatakan negara yang pernah melakukan revolusi rezim.
Hal penting yang harus kita perhatikan disini adalah, bagaimana
kita bisa belajar dari proses perubahan yang terjadi di dunia luar, seperti di
Rusia hingga Fillipina. Kita tidak sekedar menafsirkan saja soal mimpi yang
jauh sudah terucap begitu saja, hanya lewat mulut dan bertindak yang mungkin
tidak sesuai dengan apa yang ingin kita capai.
Sekarang bagaimana dengan generasi kita orang muda Papua,
belajar dari tokoh revolusi di atas, menuliskan dan merekam jejak dan trauma
sejarah orang Papua, menuliskan sejarah baru dari rekaman sejarah yang buram,
konsepsikan sejarah lama, menata sejarah baru orang Papua melalui
tulisan-tulisan kritis orang mudah, belajar berorganisasi dari organisasi
perlawanan, setelah belajar dari organisasi perlawanan yang kritis dalam
bertindak, kritis dalam menulis, kritis dalam melakukan segalah hal yang
menjadi panutan dan tujuan.
#Amole, Nimaoo, Amakane, Koyao, Wa wa wa..
Penulis adalah mahasiswa kaliber di Numbay, West Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar